Semoga Kebijakan berpihak Kepada Industry Perkapalan Di Indonesia
Jakarta,Poskota-Nasional
Bertempat di Jakarta International Expo Jiexpo Kemayoran berlangsung Acara Talkshow Masalah Pelabuhan Di Indonesia dalam Pameran Ina Marine yang diadakan Oleh GEM dipimpin oleh Bake Lee, yang dihadiri Oleh Ketua Umum HAPI Wahyono Bimarso dan ketua 1 HAPI Hari Sutanto ,Rabu 23/8/23.
Perhubungan (Kemenhub) RI yang basic atau dasarnya di daerah Jakarta dan Surabaya. “Cuma tol laut itu meskipun kecil tapi pangsa pasarnya kira-kira 5% kegiatan angkutan laut domestik. Tetapi tol laut membantu saudara-saudara kita yang berada di Indonesia timur,” ujarnya.
“Tol laut sudah mencapai 26 rute sekarang. Cuma kapalnya kecil antara 100 hingga 200 Teus. Sedangkan angkutan laut domestik yang dikelola oleh 53 operator tadi, yang 4 besar itu adalah Tengkura Mas, Berangus, Kantos dan Spil, plus satu lagi Samudera Indonesia. Tapi Samudera Indonesia tidak terlalu bersaing di angkutan laut domestik,” demikian Kata Wahyono Bimarso ketum HAPI saat ditemui seusai Talkshow kepada Poskota-Nasional ,kemaren.
Oleh sebab itu, sambung Wahyono, ada harapan agar tetap terus maju. “Karena apa? Karena Indonesia adalah negara besar. Meskipun, digitalisasi itu sudah ada dan terus maju dan kita standardnya sudah internasional sebenarnya. Tapi karena ada pelabuhan-pelabuhan yang lain belum produktif, kita masih dianggap lambat. Terutama track dan tresing tadi karena wilayah negara kita luas. Oleh sebab itu, Pendapatan Impor (PI) kita rendah,” ujarnya
Ketua I HAPI Hari Sutanto mengaku sudah 36 tahun berkecimpung di pelabuhan. “Kalau kita bicara industri itu ada 3 industri yang sebetulnya seperti kakak beradik kembar tiga lah. Satu adalah Port Industry atau Industri Pelabuhan. Kedua, Shipping Industry atau Industri Perkapalan dan Ketiga, Ship Building Industry atau Industri Pembangunan Kapal. Ketiganya saling mempengaruhi dan saling dukung,” ujar Hari Sutanto kepada wartawan rekan media Poskota-Nasional.
Ketika ditanya bagaimana prospek industri maritim untuk menunjang industri lainnya? Ia menjawab sangat prospektif. “Karena kita saat ini, kinerja kita untuk menghubungkan seluruh titik-titik simpul yang dihubungkan ke pelabuhan masih terbuka. Ini menjadi sebuah tantangan bagi industriawan di bidang Ship Building Industry,” ungkapnya.
“Kendalanya adalah kebijakan yang belum berpihak kepada Industri Marina atau Industry Shipping (Industri Perkapalan), Ship Building terutama. Karena ada kebijakan.
Mungkin pemerintah RI punya tujuan yang lain tapi harapan jangka panjang, kalau ingin menghidupkan industri maritim, tiga industri tersebut, pelabuhan dan pelayaran harus didukung penuh,” imbuhnya
Lebih lanjut Hary mengatakan kalau ketiga hal tersebut didukung, maka industri maritim akan maju. “Kekurangan kita adalah tidak hanya mengeksplore transportasi saja. Industri Marina itu sangat luas cakupannya. Termasuk wisata maritim, termasuk pantai, seluruh isi di dalam laut, seperti tambak di bawah laut, ikan dan segala macamnya belum tereksplorasi,” tuturnya.
“Perikanan kita di dalam 17 sub sektor perekonomian dunia, kontribusinya paling rendah hanya 0,2%. Padahal, negara kita itu adalah negara kepulauan. Semua lautan paling luas tapi ikan kita sebagian besar masih impor,” tuturnya.
Masa, imbuhnya, ikan di Indonesia masih lebih murah harganya dari harga ikan Negara China. “Kemudian, udang di dalam negeri diekspor. Kalau dibudidayakan lebih bagus daripada diekspor. Kalau negara lain membudidayakan udangnya biar mendapatkan keuntungan, malah kita mengekspor,” tuturnya
“Jadi perlu kebulatan tekad dari pemerintah RI dan partisipasi swasta untuk mengembangkan dunia maritim Indonesia yang saat ini belum optimal,” tambah Hary Sutanto kepada poskota-nasional